Kritik Keras Ahli Gizi Untuk MBG: Menunya Burger dan Spageti

Info Daerah - Jumat, 26 September 2025 - 13:03 WIB
Kritik Keras Ahli Gizi Untuk MBG: Menunya Burger dan Spageti
 (Info Daerah)
Penulis
|
Editor

INFODAERAH.COM, JAKARTA – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan pemerintah sejak awal 2025 sejatinya lahir dari niat mulia. Visi besar di baliknya jelas: anak-anak Indonesia harus tumbuh sehat, terbebas dari stunting, dan siap menjadi generasi emas di tahun 2045.

Di atas kertas, program ini begitu menjanjikan. Siapa yang tidak setuju jika negara hadir untuk memastikan setiap anak berhak atas gizi layak?.

Namun, sembilan bulan berjalan, pelaksanaan program kini mulai menuai kritikan. Pada Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi IX DPR RI dengan Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA), CISDI, JPPI, dan sejumlah pakar pada 22 September 2025 lalu, suara kritis pun mengemuka. Salah satu yang paling tajam datang dari Dokter Tan Shot Yen,seorang ahli gizi masyarakat terkemuka.

Baca juga:

Revisi UU BUMN Harus Tegas Atur Larangan Rangkap

Kasus Keracunan, DPR Minta Evaluasi Total Program MBG

Dokter Tan Shot Yen menegaskan MBG seharusnya memberi ruang luas bagi pangan lokal. Idealnya, 80 persen menu program berbasis pada kekayaan kuliner daerah. Dengan cara ini, program tidak hanya menyehatkan tubuh, tetapi juga menghidupkan budaya sekaligus memperkuat ekonomi lokal.

“Alokasikan menu lokal sebagai 80% isi MBG di seluruh wilayah. Saya pengen anak Papua bisa makan ikan kuah asam. Saya pengen anak Sulawesi bisa makan kapurung,” terangnya pada kesempatan tersebut.

Dokter Tan Shot Yen mengungkapkan keterkejutannya ketika mengetahui bahwa menu MBG  yang menghadirkan adalah burger hingga spageti. Dengan ekspresi penuh heran ia mempertanyakan atas menu-menu seperti ini dimana kita tahu gandum tidak tumbuh di negeri ini?

“Yang dibagi adalah burger, di mana tepung terigu tidak pernah tumbuh di bumi Indonesia. Enggak ada anak muda yang tau bahwa gandum tidak tumbuh di bumi Indonesia. Dibagi spageti, dibagi bakmi, gacoan, oh my god!” kritiknya lebih lanjut.

Kritik muncul ketika Dokter Tan membicarakan isi burger yang ditemukan dalam program MBG.

“Dan maaf ya, itu isi burgernya itu kastanisasi juga. Kalau yang dekat dengan pusat supaya kelihatan bagus, kayak chicken katsu.Tapi coba kalau yang di daerah, yang SPPG-nya juga agak sedikit main, dikasih itu loh, benda tipis berwarna pink, saya aja enggak pernah mengatakan ini adalah daging olahan,saya aja nista bilang itu daging olahan, saya enggak tahu itu produk apaan,” ungkapnya

“Itu rasanya kayak karton warnanya pink dan buat lucu-lucuan Lalu anak-anak disuruh, oke, do it your own, DIY. Susun, ada sayurnya. Astaga, kan bukan itu tujuan MBG, punten,” tambahnya.

Dokter Tan mempertanyakan sampai kapan menu burger ada di MBG. “ini mau sampai kanpan makanya burger, gitu lho ya,” tanyanya.

Lebih ironis lagi, dapur MBG disebut kerap menuruti permintaan anak-anak yang menginginkan makanan populer seperti cilok atau jajanan serupa. Bagi Dokter Tan, logika ini keliru.

“Saya setuju bahwa ada anak yang tidak suka dengan pangan lokal karena mereka tidak terbiasa, tapi bukan berarti lalu request anak-anak lalu dijawab oleh dapur, ya wislah…. Kalau request-nya cilok? Mati kita,” ujar Dokter Tan. (Red)

Tinggalkan Komentar

KETUA DPRD LEBAK

KETUA DEWAN PENGURUS KORPRI LEBAK

PERUMDA TIRTA PATRIOT

Close Ads X