Fadli yang juga inisiator angkringan tersebut, menceritakan awal pendirian usaha yang baru dirintis itu saat ingin memberdayakan aset kampung setempat agar lebih bermanfaat. Aset itu berupa tanah yang berada di depan balai sekretariat RW017.
“Apalagi di tengah pandemi banyak warga kampung yang kesulitan secara ekonomi. Lalu dengan memberdayakan warga, dibuatlah sebuah usaha berupa angkringan dengan konsep swasembada usaha,” tegas Fadli
Fadli menerangkan jika semua menu makanan yang tersaji, disetorkan oleh anggota karang taruna dan ibu rumah tangga dengan sistem konsinyasi (bayar belakang barang yang terjual).
Baca juga :
Aneka menu siap tersaji, misalnya gorengan, sate jeroan, sate telur puyuh, nasi bakar, pisang coklat dan aneka gorengan. Khusus untuk minuman dan mie instan bukan setoran dari warga tapi digarap langsung oleh anggota karang taruna, hasilnya sebagian untuk menambah kas organisasi.
Harganya pun bersahabat, mulai dari Rp.3000 seperti aneka gorengan. Sedangkan operasional angkringan dimulai dari pukul 16.00 hingga 23.00 wib. Untuk operasional sehari-hari dilakukan oleh para anggota karang taruna.
